Manfaat Istirahat Yang Cukup Bagi Kesehatan
- Details
- Written by Pelita Pos
Memiliki waktu istirahat yang cukup di malam hari tidak hanya membantu Anda menjadi segar kembali keesokan paginya.Penelitian terbaru mengungkap, tidur minimal 8 jam setiap malamnya memberi banyak peluang bagi Anda untuk hidup lebih sehat.
DICARI GURU PENULIS
- Details
- Written by Pelita Pos
ADA pameo begini, jika guru mengajar, ah, itu soal biasa. Namun, bila guru menulis, itu baru luar biasa. Peran ganda guru sebagai pengajar di sekolah sekaligus penulis, penulis Koran atau buku misalnya, masih jarang ditemukan di negeri kita.
Rencana Jahat di Balik Issue Terorisme
- Details
- Written by Pelita Pos
PELITAPOS,-Pada era 80-an Amerika Serikat (AS) berhasil membujuk pemerintah negara-negara Arab dan negara-negara berpenduduk muslim lainnya seperti Indonesia dan Malaysia untuk mendukung perjuangan rakyat Afganistan melawan pasukan pendudukan Uni Soviet (yang merupakan musuh ideologis AS dalam era perang dingin), dengan slogan untuk membentengi agama Islam dan umat Islam dari gempuran komunis.
Dokter Sering Tak Sadar Terima Gratifikasi
- Details
- Written by Pelita Pos
DEPOK,PELITA POS.Com – Kasus penerimaan gratifikasi rentan terjadi di kalangan dokter. Praktik gratifikasi tak hanya merusak profesionalisme seorang dokter, tetapi juga bisa masuk ke ranah hukum.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ratna Sitompul mengatakan, banyak dokter yang tak sadar dengan penerimaan gratifikasi. Untuk itu, sosialisasi mengenai gratifikasi perlu digalakkan.
“Tidak selamanya gratifikasi disengaja oleh dokternya. Banyak yang enggak tahu, enggak sadar karena dipikirnya itu enggak apa-apa,” ujar Ratna dalam diskusi panel Profesionalisme Dokter untuk Mencegah Praktik Gratifikasi di Auditorium Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok, Jawa Barat, Selasa (24/2/2015).
Ratna menjelaskan, dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 14 Tahun 2014, telah dijabarkan mengenai gratifikasi. Dokter bisa dikatakan menerima gratifikasi jika menerima sesuatu hal yang tidak wajar. Penerimaan itu pun berkaitan dengan jabatannya untuk melakukan sesuatu.
“Kalau saya dapat akomodasi untuk kelas ekonomi, tetapi saya minta kelas bisnis, itu bisa dianggap gratifikasi. Kalau acara dibiayai produsen obat agar dokter akhirnya meresepkan obatnya, itu gratifikasi,” ujar Ratna memberikan contoh.
Menurut Ratna, pencegahaan sangat penting dilakukan. Jika dibiarkan, penerimaan gratifikasi bisa menjadi suatu kebiasaan yang salah. Ratna mengatakan, FK UI telah berkomitmen untuk anti gratifikasi. Demikian pula dengan Ikatan Dokter Indonesia. Ia mengajak agar fakultas kedokteran di universitas lainnya dan rumah sakit untuk berkomitmen antigratifikasi.
Dalam kesempatan yang sama, pakar profesionalisme kedokteran Sjamsuhidayat Ronokusumo mengaku belum pernah mendengar adanya penindakan kasus gratifikasi di kalangan dokter di Indonesia.
Sanksi yang dapat diberikan untuk para dokter yang melakukan gratifikasi pun perlu diatur lebih lanjut. Di India misalnya, jika dokter terbukti melakukan gratifikasi akan diberikan sanksi berat berupa pencabutan izin praktek selama 1 tahun.
Namun, menurut Sjamsuhidayat, yang terpenting saat ini adalah melakukan pencegahan. Ia mengingatkan para dokter untuk berhati-hati dengan segala bentuk penerimaan.
“Lebih baik dicegah daripada sudah terjadi lalu bisa menjadi urusan KPK. Lebih baik berhati-hati,” kata Sjamsuhidayat.
Plt Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi menjelasakan, gratifikasi sangat luas bentuknya dan sering terjadi karena diangap suatu kebiasaan yang benar. Johan mencontohkan, pejabat negara menerima parcel di Hari Lebaran bisa termasuk dalam gratifikasi.
“Parcel itu ternyata bentuknya bukan sekedar buah-buahan, makanan. Ada beberapa kasus menerima parcel keramik dari Italia atau jam tangan yang mahal. Cara mudah berpikirnya bahwa ini gratifikasi atau bukan adalah, kalau jabatan saya bukan ini, saya diberikan ini enggak, ya,” terang Johan.
(kmps/pp)
Nasib Industri Kertas Dan Media Cetak
- Details
- Written by Pelita Pos
PELITAPOS,-Di era informasi, di mana teknologi berkembang sangat pesat, menimbulkan kekhawatiran bahwa penggunaan kertas akan menurun tajam. Di sejumlah media cetak, terutama koran, sudah banyak yang menurun oplahnya, bahkan tutup karena dinilai mencetak dan menjual koran sudah tidak ekonomis lagi. Biaya membeli kertas koran dan mencetaknya sudah tinggi.
Mantan Pemred Sabili itu Bicara soal Kemunduran Sabili
- Details
- Written by Pelita Pos
Pelitapos,Kenapa Sabili merosot tajam? "Itu akibat, tidak punya komitmen. Tapi, sebenarnya media Islam tidak mundur. Tapi terbentur pada persoalan how to, yakni bagaimana cara menyajikannya. Para pengelola Sabili tidak melihat, mengantisipasi, dan mengikuti prubahahan yg terjadi. Jadi kalau media Islam tidak laku, jangan salahkan umat, tapi salahkan pengelolanya yang tidak becus mengelola." Demikian dikatakan mantan Pemimpin Redaksi Majalah Sabili generasi awal, Zaenal Muttaqin.
Pemilu 2014 Pertarungan Mempertahankan Eksistensi
- Details
- Written by Pelita Pos
Pelitapos,-Jakarta - Bicara tentang demokrasi yang ada di negeri ini tak akan pernah ada habisnya. Bagaimanapun keadaannya, papan catur pentas perpolitikan nasional telah diletakkan. Tidak ada kata lain untuk para elit politik selain bergerak maju menghadapi lawan "lawan tangguh".
Danau Toba Kebanggan Yang Mengkhawatirkan
- Details
- Written by Pelita Pos
Oleh Imran Napitupulu
Ditetapkannya Danau Toba, Sumatera Utara sebagai taman bumi nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia, karena perbaikan pengelolaan “geopark” dunia yang diusulkan ke UNESCO itu diharapkan bisa semakin meningkat.
Pengertian Paling Lugas Tentang Berpolitik Profetik
- Details
- Written by Pelita Pos
Jakarta (PELITAPOS) - Berpolitik profetik dalam pengertian yang paling lugas, yang berjalan di koridor pertimbangan etis, pantas digaungkan kembali, setidaknya bisa menjadi salah satu rujukan mereka yang hendak bersaing dalam Pemilu 2014.